ipapa.co.id |
Selama kuartal II 2016, sudah ada serapan sebesar 41.800 m2. Itu berarti 40% lebih besar dibandingkan kuartal sebelumnya. Gedung perkantoran grade A pun turut bagian dalam memberikan serapan sebesar 58.600 m2 di kuartal-II ini. Disisi lain, permintaan gedung perkantoran Grade B dan Grade C alami penyusutan yang dikarenakan relokasi oleh tenant ke gedung perkantoran grade A.
Jika di rata-rata peningkatan huniaan gedung perkantoran di kawasan CBD Jakarta naik sebesar 82.14%, karena tidak ada tambahan pasokan. Harga sewa ruang perkantoran di kawasan CBD di kuartal-II 2016 ini juga relatif stabil, yaitu di kisaran Rp 322.100/meter/bulan.
Baca juga: (Deretan Gedung Perkantoran Terbaik di Area Jakarta)
Sementara itu, tingkat serapan perkantoran di luar area CBD Jakarta pada periode ini turun sebesar 23% atau sebanyak 26.329 m2 dari serapan di kuartal sebelumnya. Anjloknya harga komoditas migas secara global menjadi dampak lambatnya perkembangan pasar perkantoran. Oleh sebab itu, gedung perkantoran di sekitaran koridor TB Simatupang yang lebih banyak diisi oleh perusahaan migas alami penyusutan permintaan ruang perkantoran.
Arief Rahardjo, Director Research & Advisory Cushman & Wakefields Indonesia, mengungkapkan “Menurut hasil survei kami, situasi ini tak hanya berpengaruh kepada perusahaan migas saja, namun juga pada perusahaan yang menawarkan jasa kepada perusahaan migas seperti perusahaan fabrikasi migas, logistik migas, serta konsultan teknik dan eksplorasi”
Gedung perkantoran lawas di sekitar TB Simatupang juga harus bersaing dengan gedung-gedung baru di kawasan ini. Sementara itu, permintaan ruang perkantoran selain di kawasan CBD Jakarta lebih banyak dari industri e-commerce dan teknologi informasi (TI). Dengan kondisi pasar perkantoran saat ini, perusahaan TI mencari jalan lain yang lebih baik dengan biaya yang lebih murah dan perjanjian sewa yang lebih fleksibel.
Dengan belum kejelasan yang masih terjadi di sektor migas, perusahaan akan menempuh cara untuk meminimalisir kerugian dengan memotong biaya untuk ruang kantor, konsolidasi, dan lain-lain. Untuk beberapa bulan ke depan, pertumbuhan pasar perkantoran diluar CBD akan bergantung kepada keahlian landlord untuk bisa menarik permintaan ruang dari industri sektor telekomunikasi, IT, dan e-commerce.
Harga sewa ruang kantor di area non-CBD kecuali di kawasan Jakarta Selatan diprediksi akan naik pada tingkatan yang sedang. Sedangkan untuk kawasan Jakarta Selatan sendiri akan lebih kompetitif. Tingkat hunian ruang perkantoran akan turun menjadi 83.6 persen karena adanya tambahan pasokan di akhir tahun 2016 ini.
“Dengan makin banyaknya perusahaan start-up membuat peningkatan permintaan terhadap shared office (co-working space). Sektor Start-up akan memengaruhi tren bisnis ruang perkantoran ke depannya. Awalnya minatnya ke ruang yang besar, saat ini trennya ke co-working space atau berbagi ruang,” ujar Arief. (Eva/http://swa.co.id)
Jika di rata-rata peningkatan huniaan gedung perkantoran di kawasan CBD Jakarta naik sebesar 82.14%, karena tidak ada tambahan pasokan. Harga sewa ruang perkantoran di kawasan CBD di kuartal-II 2016 ini juga relatif stabil, yaitu di kisaran Rp 322.100/meter/bulan.
Baca juga: (Deretan Gedung Perkantoran Terbaik di Area Jakarta)
Sementara itu, tingkat serapan perkantoran di luar area CBD Jakarta pada periode ini turun sebesar 23% atau sebanyak 26.329 m2 dari serapan di kuartal sebelumnya. Anjloknya harga komoditas migas secara global menjadi dampak lambatnya perkembangan pasar perkantoran. Oleh sebab itu, gedung perkantoran di sekitaran koridor TB Simatupang yang lebih banyak diisi oleh perusahaan migas alami penyusutan permintaan ruang perkantoran.
Arief Rahardjo, Director Research & Advisory Cushman & Wakefields Indonesia, mengungkapkan “Menurut hasil survei kami, situasi ini tak hanya berpengaruh kepada perusahaan migas saja, namun juga pada perusahaan yang menawarkan jasa kepada perusahaan migas seperti perusahaan fabrikasi migas, logistik migas, serta konsultan teknik dan eksplorasi”
Gedung perkantoran lawas di sekitar TB Simatupang juga harus bersaing dengan gedung-gedung baru di kawasan ini. Sementara itu, permintaan ruang perkantoran selain di kawasan CBD Jakarta lebih banyak dari industri e-commerce dan teknologi informasi (TI). Dengan kondisi pasar perkantoran saat ini, perusahaan TI mencari jalan lain yang lebih baik dengan biaya yang lebih murah dan perjanjian sewa yang lebih fleksibel.
Dengan belum kejelasan yang masih terjadi di sektor migas, perusahaan akan menempuh cara untuk meminimalisir kerugian dengan memotong biaya untuk ruang kantor, konsolidasi, dan lain-lain. Untuk beberapa bulan ke depan, pertumbuhan pasar perkantoran diluar CBD akan bergantung kepada keahlian landlord untuk bisa menarik permintaan ruang dari industri sektor telekomunikasi, IT, dan e-commerce.
Harga sewa ruang kantor di area non-CBD kecuali di kawasan Jakarta Selatan diprediksi akan naik pada tingkatan yang sedang. Sedangkan untuk kawasan Jakarta Selatan sendiri akan lebih kompetitif. Tingkat hunian ruang perkantoran akan turun menjadi 83.6 persen karena adanya tambahan pasokan di akhir tahun 2016 ini.
“Dengan makin banyaknya perusahaan start-up membuat peningkatan permintaan terhadap shared office (co-working space). Sektor Start-up akan memengaruhi tren bisnis ruang perkantoran ke depannya. Awalnya minatnya ke ruang yang besar, saat ini trennya ke co-working space atau berbagi ruang,” ujar Arief. (Eva/http://swa.co.id)
Itulah tadi berita mengenai ruang perkantoran grade A yang makin diminati oleh pasar saat ini.
Posting Komentar